SEJARAH PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PELAYANAN KEBIDANAN
(INTERNASIONAL DAN NASIONAL)
I.
AMERIKA
Dalam bukunya Theory For Midwifery Practice, Rosamund
Bryar memaparkan tentang perkembangan pelayanan kebidanan yang ada di Amerika.
Bryar menyatakan bahwa
Ø Tahun 1765 pendidikan formal untuk bidan mulai dibuka. Akhir abad
ke-18 banyak kalangan medis berpendapat secara emosi dan intelektual wanita
tidak dapat belajar dan menerapkan metode obstetric.Pendapat ini digunakan
untuk menjatuhkan profesi bidan, sehingga bidan tidak mempunyai pendukung,
uang, tidak teroganisir dan tidak dianggap professional.
Ø Tahun 1770-1820 Para wanita golongan atas di kota-kota besar,
melahirkan ditolong olah “Bidan Pria” / dokter.Bidan hanya menangani persalinan
wanita yang tidak mampu membayar dokter. Pada masa itu juga terjadi perubahan persepsi dimana kelahiran
merupakan masalah medis yang harus ditangani oleh dokter.
Ø Sampai dengan pada awal abad 20 para bidan berperan seperti dokter
berpengalaman tanpa pendidikan spesifik, standar-standar, atau
peraturan-peraturan yang mengatur dalam memebriksn pelayanan kebidanan.
Ø Tahun 1915 Dokter Joseph de Lee menyatakan : kelahiran bayi adalah
patologis dan bidan tidak mempunyai peran didalamnya. Pada saat ini mulai diberlakukannya protap
pertolongan persalinan yaitu :
1. memberikan sedative pada awal inpartu
2. membiarkan servik berdilatasi
3. memberikan ether pada kala II
4. melakukan episiotomi
5.
melahirkan bayi dengan forcep
6.
ekstraksi placenta
7.
memberikan uterotonika
8.
menjahit episiotomi
Ø Tahun 1900-1930 akibat protap yang diberlakukan tersebut, AKI
mengalami penurunan menjadi 600-700 kematian per 100.000 kelahiran hidup.30-50%
wanita melahirkan di rumah sakit.
Ø Dokter Grantly Dicka meluncurkan buku tentang persalinan alami
sehingga spesialis obstetric berusaha meningkatkan peran tenaga diluar medis
termasuk bidan.
Ø Tahun 1955 :
Dibuka sekolah American College of
Nurse-Midwives (ACNM)
Ø Tahun 1971 :
Seorang
bidan di Tenesse mulai menolong persalinan secara mandiri di institusi
kesehatan.
Ø Tahun 1979 :
- Badan pengawasan obar Amerika
mengatakan bahwa ibu bersalin yang menerima anaesthesi dalam dosis tinggi telah
melahirkan anak-anak yang mengalami kemunduran perkembangan psikomotor
- Pernyataan ini membuat :
1. Masyarakat mulai tertarik dengan proses
persalinan alamiah
2.
Persalinan dilakukan di rumah
3.
Memacu peran bidan
Ø Tahun 1980-an :
- ACNM membuat alternative dalam
pelayanan persalinan dan mengubah pernyataan negative tentang homebirth
- Dibuat legalisasi tentang
praktek professional bidan, sehingga membuat bidan menjadi profesi dengan lahan
praktek yang spesifik dan membutuhkan organisasi yang mengatur organisasi
tersebut.
Ø Tahun 1982 :
- MANA (Midwive Alliance of North
America) dibetuk untuk meningkatkan komunikasi antar bidan serta membuat
peraturan sebagai dasar kompetensi untuk melindungi bidan.
-
Negara Arizona, bidan mempunyai
tugas khusus yaitu melahirkan bayi. Untuk perawatan selanjutnya merawat bayi dan memberikan injeksi bukan
lagi tugas bidan, hanya dilakukan jika diperlukan.
Ø Tahun 1980 :
Bidan menangani 1,1%
persalinan dan tahun 1994 : 5,5%
Ø Tahun 1988
Angka SC
menurun 25% dan menjadi 21% tahun 1995
Ø Tahun 1989
Penggunaan forcep menurun 5,5%
dan menjadi 3,8% tahun 1994
-
Hambatan-hambatan
yang dirasakan oleh Bidan Amerika saat ini antara lain :
1.
Ada banyak undang-undang baru,
direct entry midwive dianggap ilegal
2. Lisensi praktek berbeda antar
Negara, tidak ada standar praktek nasional sehingga tidak ada definisi yang
jelas tentang bidan yang telah terdidik dan memiliki standar kompetensi yang
sama
3.
Sedikit data tentang direct
entry midwive dan persalinan oleh bidan
4.
Kritik tajam dari profesi medis
kepada direct entry midwive
-
Pendidikan
kebidanan biasanya berbentuk praktek lapangan
- Bidan
adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan selama 4 tahun dan praktek lapangan selama 2 tahun tapi biaya sangat mahal.
-
Kebidanan
memiliki sebuah organisasi untuk membentuk standart, menyediakan sertifikat dan
membuat ijin praktek.
- Saat
ini, America merupakan Negara yang menyediakan perawatan maternitas termahal di
dunia, tetapi paling buruk dalam hal perawatan antenatal dibandingkan dengan
Negara insdustri lainnya.
II. AUSTRALIA
Abad 19 :
Florence Nightingale adalah pelopor kebidanan dan
keperawatan yang dimulai dengan tradisi dan latihan – latihan
Tahun 1824 :
-
Kebidanan masih belum dikenal
sebagai bagian pendidikan medis di Inggris dan Australia
-
Kebidanan
masih didominasi oleh dokter
Tahun 1862 :
-
Pendidikan
kebidanan pertama kali dimulai
-
Lulusannya
dibekali dengan pengetahuan teori dan praktek.
Tahun 1893 :
Pendidikan Diploma kebidanan dimulai
Sejak tahun 1899 :
-
Hanya
bidan dan perawat terlatih yang boleh bekerja di RS
-
Sebagian
besar wanita melahirkan tidak dirawat selayaknya oleh masyarakat. Ketidak
seimbangan seksual dan moral membuat prostitusi berkembang cepat. Menyebabkan
banyak wanita hamil diluar nikah dan jarang memperoleh pelayanan dari bidan dan
dokter karena pengaruh sosial mereka.
Tahun 1913 :
30% persalinan ditolong oleh bidan
Tahun 1900-1940 :
-
Dokter banyak menolong
persalinan namun tidak ada penurunan berarti pada AKI dan bidanlah yang
disalahkan.
-
Kenyataannya wanita di kota
besar yang melahirkan dengan dokter, mempunyai resiko infeksi yang lebih besar
daripada wanita miskin yang ditangani oleh bidan.
-
Kebidanan di Australia telah
mengalami perkembangan yang pesat sejak 10 tahun terakhir.
-
Dasar
pendidikan berubah dari tradisional hopital based programe menjadi tertiary
course of studies menyesuaikan kebutuhan pelayanan dari masyarakat
-
Tapi
tidak semua institusi pendidikan melaksanakan perubahan tersebut dan lebih
berorientasi pada RS. Kurikulum disusun berdasarkan pengalaman dan keahlian di
lapangan kebidanan.
-
Kekurangan
dari pendidikan kebidanan di Australia hampir sama dengan di Indonesia karena
belum ada persamaan persepsi mengenai implementasi kurikulum sehingga lulusan
bidan mempunyai kompetensi klinik yang berbeda. Hal ini ditambah dengan
kurangnya kebijakan formal dan tidak adanya standar nasional.
Tahun 1994 :
-
National Review of Nurse
education mengatakan bahwa tidak ada direct entry untuk pendidikan bidan di
Australia.
-
Mahasiswa kebidanan harus
menjadi perawat dulu sebelum mengikuti pendidikan bidan, karena kebidanan
termasuk sub spesialisasi keperawatan (maternal and child health) yang
didalamnya termasuk :
1.
Pendidikan tentang keluarga
berencana
2.
Kesehatan wanita
3.
Perawatan ginekologi
4.
Perawatan anak
5.
Kesehatan anak dan keluarga
6.
Kesehatan neonatus dan remaja
-
Adanya
peraturan ini, mempersempit peran dan ruang kerja bidan.
-
Literatur
kebidanan masih kurang
- Kurikulum
hanya sesuai untuk mahasiswa pemula atau menengah dan kadang-kadang mahasiswa
yang sudah terlatih di keperawatan kebidanan diberikan porsi yang sama dengan
pemula atau sebaliknya.
- Beberapa
tahun setelah Australia mengadakan pelatiha kebidanan, datang para pendidik
yang membuka universitas yang memiliki cara tersendiri untuk menghasilkan
tenaga yang berkualitas dan pemerintah mendukung bidan serta memperluas peran
bidan
III. SELANDIA BARU
Tahun 1904 :
Telah ada peraturan tentang cara kerja bidan, tapi 100
tahun yll lingkup praktik bidan telah berubah
Awal tahun 1900 :
-
Secara perlahan bidan menjadi
asisten dokter dan bekerja di RS, tetapi bidan tidak lagi memandang bahwa persalinan
adalah peristiwa yang normal dan kehilangan peran dalam mendampingi persalinan
-
Bidan
menjadi berpengalaman dalam memberikan intervensi asuhan maternitas yang penuh
dengan medis. Hal ini berlangsung sampai tahun 1920 dengan maksud untuk
mengurangi AKI dan AKB
Tahun 1980 :
- Cara tersebut digunakan oleh
Negara lain Australia, Inggris dan Amerika, tetapi strategi tersebut tidak mencapai kesuksesan.
- Di Selandia Baru, para wanita
menentang model tersebut dan menginginkan model tradisional yaitu seseorang
yang berpengalaman mulai dari kehamilan sampai 6 minggu persalinan tanpa
intervensi medis dan memberikan dukungan bahwa persalinan adalah peristiwa yang
normal.
Tahun 1980-an :
-
Terbentuk
legalisasi tentang profesionalisme praktek bidan
-
Sebagian
besar Bidan Selandia Baru mulai praktek mandiri dengan tanggung jawab penuh
kepada klien dan asuhan dalam lingkup normal.
Saat ini :
- 86% wanita mendapat pelayanan
bidan selama kehamilan sampai nifas dan perawatan selanjutnya dilakukan di
rumah pasien.
-
63%
wanita memilih bidan sebagai satu-satunya perawat maternitas.
-
Model
kebidanan yang digunakan adalah Partnership antara bidan dan wanita.
-
Dasar
model partnership adalah komunikasi dan negosiasi.
IV.
BELANDA
PERKEMBANGAN KEBIDANAN DI
BELANDA
Ø Pemerintah memberikan perhatian khusus
terhadap kelahiran dan kematian.
Ø Setiap wanita berhak memilih tempat
melahirkan.
Ø AKI paling tinggi dan AKP (angka kematian
prenatal) relatif rendah
Ø 1 dari 3 persalinan lahir dirumah dan
ditolong oleh bidan dan perawat
Ø Kenyataannya ketiga kelahiran dianjurkan
oleh ahli kebidanan untuk melahirkan di RS dengan alasan pilihan ibu atau
resiko tinggi.
Ø Tahun 1984, Prof Greerrit Van Kloosterman
pada konsferensi di Toronto menyatakan bahwa setiap kehamilan adalah normal
dan harus
selalu dipantau dan mereka bebas memilih tempat persalinan
dimana bidan yang sama memantau kehamilannya.
Ø Kebidanan di Belanda melihat suatu
perbedaab yang nyata antara kebidanan dan keperawatan
Ø Astrid Limburg mengatakan : seorang
perawat yang baik tidak akan menjadi seorang bidan yang baik karena perawat
dididik untuk merawat orang yang sakit, sedangkan bidan untuk kesehatan wanita.
Ø Maria de Broer mengatakan bahwa kebidanan
tidak memiliki hubungan dengan keperawatan, kebidanan adalah profesi yang mandiri.
Ø Pendidikan kebidanan di Amsterdam memiliki
prinsip yakni sebagaimana memberi anaethesi dan sedatif pada pasien begitulah
kita harus mengadakan pendekatan dan memberi dorongan pada ibu saat persalinan.
Praktek bidan harus memandang ibu secara keseluruhan dan mendorong ibu untuk
menolong dirinya sendiri.
Ø Pada kasus resiko rendah dokter tidak
menangani, mulai dari prenatal, natal, dan postnatal.
Ø Pada kasus resiko sedang ditangani oleh
bidan dan resiko tinggi dilakukan oleh dokter dan bidan saling bekerjasama.
Ø Bidan di Belanda 75% bekerja secara
mandiri, karena kebidanan adalah profesi yang mandiri dan aktif
Ø Bidan menjadi role model dan harus
menganggap kehamilan adalah normal.
PENDIDIKAN
KEBIDANAN DI BELANDA
· Pendidikan
kebidanan terpisah dengan pendidikan keperawatan dan berkembang menjadi profesi
yang berbeda.
· Ada 3
institusi kebidanan di Belanda dan menerima 66 mahasiswa setiap tahunnya.Hampir
tiap tahun 800 mahasiswa (96% wanita dan 4% pria) yang ikut tes.
·
Syaratnya
: usai min 19 tahun, telah menamatkan Secondary Education dari jurusan Kimia
dan Biologi.
·
Mahasiswa
kebidanan tidak menerima gaji dan tidak membayar biaya pendidikan.
·
Selama
pendidikan yang ditekankan adalah bahwa kehamilan, persalinan, dan nifas
sebagai proses fisiologis
·
Diterapkan
dengan menempatkan mahasiswa di kamar bersalin dengan wanita resiko rendah.
·
Bila
ada masalah berkonsultasi dengan ahli kebidanan
·
Mahasiswa
diwajibkan mempunyai pengalaman minimal 40 persalinan selama pendidikan
PELAYANAN ANTENATAL
·
Bidan
berhak praktik mandiri daripada perawat menurut peraturan Belanda.
·
Punya
izin praktek dan menyediakan layanan kepada wanita resiko rendah
·
Dibetuk
Daftar Indikasi untuk memperbaiki pelayanan kebidanan baik oleh bidan maupun
ahli kebidanan. Yang berisi riwayat sebelum dan sesudah pengobatan, riwayat
kebidanan. Sebagai dasar untuk menetukan tempat persalinan dan merujuk pasien
dengan resiko tinggi.
·
Sasaran
utama praktik bidan adalah pelayanan komunitas.
·
Tahun
1989, Pemerintah Belanda menetapkan bahwa melahirkan di rumah harus dipromosikan
sebagai alternatif persalinan.
·
Di
Amsterdam 43% kelahiran terjadi di rumah.
·
Di
Holland, rumah adalah temapt yang aman untuk melahirkan selama semuanya normal.
PELAYANAN INTRAPARTUM
·
Pelayanan
intrapartum dimulai dari waktu bidan dipanggil sampai 1 jam setelah lahirnya
placenta dan selaput ketuban.
·
Bidan
mempunyai kemampuan untuk melakukan episiotomi tapi tidak diijinkan menggunakan
alat kedokteran.
·
Syntometrin
dan Ergometrin diberikan jika ada indikasi.
·
Kebanyakan
kala III dibiarkan sesuai fisiologinya.
·
Analgesik
tidak digunakan dalam persalinan.
PELAYANAN POSTPARTUM
·
Pelayanan
postnatal dimulai setelah 1 jam lahirnya placenta dan membrannya sampai 10 hari
dan pelayanan dilanjutkan sampai 6 minggu postpartum
·
Asosiasi
Nasional belanda mempersiapkan asisten bidan dalam pelayanan postnatal, juga
membantu dalam persalinan, mengobservasi kesehatan ibu dan janinya, merawat
bayi baru lahir. Konsultasi ke bidan jika ada masalah mendadak.
·
Asisten
bekerja 5 jam perhari, mendapat pelatihan selama 3 tahun termasuk perawatan
pada orang tua.
·
Bidan
akan datang 3 kali kunjungan postnatal.
·
Pada
kunjungan hari ke-2 ibu dan asisten akan berdiskusi dengan bidan tentang yang
berhubungan dengan perawatan postpartum bagi ibu dan bayi.
·
Pada
kunjungan ke-3 bidan menyediakan waktu untuk berdiskusi untuk perencanaan
keluarga dan perawatn bayi
·
Didukung
pelayanan yang bagus, maka peralinan di rumah begitu sukse di Belanda.
V. INDONESIA
PERKEMBANGAN
PELAYANAN KEBIDANAN
Perkembangan pendidikan dan pelayanan kebidanan di
Indonesia tidak terlepas dari masa penjajahan Belanda, era kemerdekaan,
politik/ kebijakan pemerintah dalam pelayanan dan pendidikan tenaga kesehatan,
kebutuhan mesyarakat serta kemajuan ilmu teknologi
Tahun
1807 :
Diadakan pelatihan dukun dalam
pertolongan persalinan, tapi tidak berlangsung lama karena tidak ada pelatih
bidan
Tahun
1849 :
Dibuka pendidikan dokter Jawa
di Batavia dan pendidikan bidan bagi wanita pribumi oleh dr W Bosch
Tahun
1851
Lulusan bidan bekerja di RS
dan di masyarakat
Tahun
1952
Diadakan pelatihan bidan
secara formal untuk meningkatkan kualitas pertolongan persalinan dan kursus
untuk dukun masih berlangsung hingga sekarang dan yang memberikan kursus adalah
bidan.
Tahun
1953 :
Diadakan kursus tambahan bidan
di Yogyakarta diiringi dengan didirikannya BKIA (Balai Kesehatan Ibu dan Anak)
dimana bidan sebagai penanggung jawab pelayanan keadaan masyarakat yaitu ANC,
PNC, pemeriksaan bayi, pertolongan persalinan di rumah dan kunjungan rumah
sebagai tindak lanjut pasca persalinan.
Tahun
1957 :
BKIA berubah menjadi Puskesmas
dengan pelayanan yang lebih terintegrasi, dimana bidan berfungsi
1. memberikan pelayanan kesehatan ibu dan
anak termasuk KB
2. memberikan pelayanan di luar gedung
puskesmas yaitu di rumah keluarga dan di posyandu : pemeriksaan kehamilan,
pelayanan KB, imunisasi, gizi dan kesehatan lingkungan
Tahun
1990 :
Pelayanan kebidanan diberikan
secara merata sesuai dengan kebutuhan di masyarakat
Tahun
1992 :
Melalui Instruksi Presiden
pada sidang kabinet tentang perlunya mendidik bidan untuk penempatan bidan di
desa.
Tahun
1994 :
-
Bertitik
tolak dari Konferensi Kependudukan Dunia di Kairo, menekankan pada reproduktif
health dan memperluas area garapan pelayanan bidan :
1. Safe motherhood termasuk bayi baru lahir
dan perawatan abortus
2.
Familly planning
3. PMS termasuk infeksi saluran alat
reproduksi
4. Kesehatan reproduksi remaja
5. Kesehatan reproduksi pada orang tua
-
Kewenangan
bidan diatur melalui Peraturan Menteri yang selalu berubah-ubah, dimulai dari :
1. Permenkes no 5380/IX/1980 terbatas pada
pertolongan persalinan secara mandiri
2. Permenkes no 363/IX/1980 diubah menjadi no
623/1989 wewenang bidan dibagi dua yaitu umum dan khusus.
3. Permenkes no 572/VI/1996, mengatur tentang
registrasi praktek bidan, dalam wewenang mencakup
a. Pelayanan kebidanan yang meliputi
pelayanan ibu dan anak
b. Pelayanan Keluarga Berencana
c. Pelayanan kesehatan masyarakat.
4. Kepmenkes no 900/ Menkes/VII/2002 tentang
registrasi dan praktik bidan.
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN KEBIDANAN DI INDONESIA
Tahun
1851 :
Perkembangan pendidikan bidan
dimulai pada masa penjajahan Hindia Belanda yang dibuka oleh dr. W Bosch tapi
tidak berlangsung lama karena kurangnya peserta didik dan adanya larangan bagi
wanita untuk keluar rumah.
Tahun
1902 :
Dibuka kembali di RS
Militer di Batavia
Tahun
1904 :
Dibuka pendidikan bidan bagi
wanita Indo di Makasar dan lulusan tersebut harus bersedia ditempatkan dimana
saja dan harus mau menolong masyarakat yang tidak mampu secara cuma-cuma.
Tahun
1911/1912 :
Dimulai pendidikan tenaga keperawatan di
RSUP Semarang dan Batavia, yang diterima lulusan HIS (SD 7 tahun), masa
pendidikan 4 tahun dan awalnya diterima adalah pria.
Tahun
1914 :
Mulai diterima peserta didik
wanita dan dapat melanjutkan kependidikan kebidanan selama 2 tahun.
Tahun
1935-1938 :
-
Pemerintah
Belanda mulai mendidik bidan lulusan MULO (SLTP bagian B) dan bersamaan
dibukanya sekolah bidan di kota-kota besar yaitu Jakarta, RSB Budi Kemuliaan,
RSB Palang Dua, RSB Mardi Waluyo di Semarang
-
Mulai
diberlakukan peraturan yang membedakan lulusan bidan berdasarkan latar belakang
pendidikan dan membedakan gaji pokok dan tunjangan bagi bidan. Antara lain :
1. Dengan latar belakang MULO dan pendidikan
selama 3 tahun disebut bidan kelas I
2. Dari lulusan perawat disebut bidan kelas
II
Tahun
1950-1953 :
-
Dibuka
sekolah bidan lulusan SMP dengan batas usia maksimal 17 tahun dan lama
pendidikan 3 tahun
-
Dibuka
juga sekolah penjenag Kesehatan I (pembantu bidan) untuk meningkatkan kebutuhan
tenaga bidan, tapi tahun 1945 pendidikan ini ditutup.
Tahun
1953 :
Dibuka Kursus Tambahan Bidan
(KTB) di Yogyakarta lamanya 7-12 minggu.
Tahun
1954 :
Dibuka pendidikan guru bidan
bersama-sama dengan guru perawat dan perawat kesehatan masyarakat di bandung.
Awalnya berlangsung 1 tahun, kemudian menjadi 2 tahun dan terakhir menjadi 3 tahun.
Tahun
1960 :
KTB dipindahkan ke Jakarta
yang bertujuan memperkenalkan pada lulsan bidan mengenai perkembangan program
KIA dan pelayanan kesehatan masyarakat. Sebelum memulai tugasnya, KTB ini
ditutup.
Tahun
1972 :
Pendidikan guru bidan dan
perawat dilebur menjadi sekolah guru perawat dari lulusan sekolah perawat dan
sekolah bidan.
Tahun
1970 :
Dibuka PPB dari lulusan SPR
ditambah 2 tahun pendidikan disebut sekolah pendidikan lanjutan jurusan
kebidanan
Tahun
1974 :
Depkes melakukan
penyederhanaan, sekolah bidan ditutp dan dibuka SPK.
Tahun
1975-1984 :
Pendidikan bidan ditutup dan
IBI tetap ada dan hidup secara wajar
Tahun
1981 :
Dibuka pendidikan D I
Kesehatan Ibu dana anak, berlangsung 1 tahun.
Tahun
1985
Dibuka lagi PPB dari SPK dan
SPR, lama pendidikan 1 tahun dan lulusannya dikembalikan ke institusi yang
mengirim.
Tahun
1989 :
Dibuka secara nasional yang
memperbolehkan lulusan SPK langsung masuk pendidikan bidan (PPB A) lama
pendidikan 1 tahun dan langsung di tempatkan kedaerah pedesaan sebagai pegawai
negeri sipil
Tahun
1994 :
Status bidan di desa menjadi
PTT dengan kontrak 3 tahun yang dapat diperpanjang 2 x 3 tahun lagi.
IBI bekerjasama dengan depkes
dan ACNM dan RS swasta mengadakan training of trainer kepada IBI sebanyak 8
orang untuk LSS dan menjadi pelatih LSS (Live Save Skills) di PP IBI
Tahun
1993 :
Dibuka PPB B dari lulusan
Akper dengan lama pendidikan 1 tahun untuk mempersiapkan tenaga pengajar bagi
PPB A. Pendidikan ini hanya berlangsung 2 angkatan.
Juga dibuka PPB C dari lulusan
SMP di 11 propinsi dan diselesaikan dalam 6 semester.
Tahun
1994-1995 :
Pemerintah menyelenggarakan
uji coba pendidikan Bidan Jarak Jauh (Distance Learning) di 3 propinsi yang
diatur dalam SK Menkes no.1247/Menkes/SK/XII/1994.
Tahun
1995-1998 :
IBI bekerjasama dengan Mother
Care melakukan pelatihan dan Peer Review bagi bidan RS, bidan puskesmas dan
desa di kalimantan selatan
Tahun
2000
Tim pelatih APN yang
dikoordinasikan oleh Maternal Neonatal Health, tidak hanya untuk pelatihan juga
guru, dosen-dosen dari akademi Kebidanan.
Tahun
1996 :
Mulai dibuka Pendidikan
Akademi Kebidanan 5 propinsi, dan sekarang sudah menyebar hampir di semua
propinsi dan kabupaten baik negeri maupun swasta.
Tahun
2000 :
Dibuka pendidikan D IV Kebidanan di UGM dan
tahun 2002 di UNPAD, tahun 2005 di Poltekkes Padang dan Poltekkes Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar